Sinopsis Oh My Venus Episode 5 Part 1

Seorang Pria dengan wajah putih pucat mengaku sudah membawakan bunga kesukaan Joo Eun ke dalam rumahnya. Joo Eun ketakuan melihat pot bunga didekat TV. Tiba-tiba Young Ho menerobos masuk ke dalam, bertanya apakah pria itu temanya. Joo Eun mengeleng dengan wajah ketakutan.
Young Ho langsung memelintir tangan sipria ketika ingin memukulnya, lalu mendorongnya ke pintu sambil menanyakan keadaan Joo Eun sekarang. Pria itu berteriak meminta melepaskan sambil mengumpat. Young Ho bisa membuat Pria itu berbaring dilantai dan menahan dengan kaki kirinya.
“Jadi, kenapa kau tak mengangkat teleponku?” ucap Young Ho, Joo Eun meminta maaf dengan wajah ketakutan
Young Ho memberikan ponselnya agar Joo Eun menelp polisi. Joo Eun dengan wajah masih Shock dan gemetar mengambil ponsel untuk menelp polisi. 

Akhirnya polisi datang membawa pria itu dengan mobil polisi. Young Ho meminjamkan jaket dan membukakan pintu untuk Joo Eun agar masuk ke dalam mobil. Di sisi jalan, terlihat Woo Shik yang melihat keduanya tampak sangat dekat.
Di kantor polisi
Polisi melihat data si Pria adalah penghuni di kamar 202, Joo Eun kaget karena ia tinggal di kamar sebelahnya, 201. Kejadian sebelumnya, Pria itu berbicara kalau ia adalah tetangganya dan akan menaruh paket di depan pintu rumahnya. Lalu saat Hyun Woo datang, Joo Eun binggung melihat ada pot bunga kesukaanya yang ditaruh di ruangan TV. Lalu pria itu datang dengan membawakan pot bunga yang sama di malam hari.
“Tolong dengar. Sepertinya terjadi kesalahpahaman antar tetangga…” ucap polisi yang langsung disela oleh Joo Eun.
“Jadi Anda menyebut situasi seperti ini sebagai “kesalahpahaman?”” kata Joo Eun tak terima
“Kau bukannya diserang, atau menerima surat atau SMS ancaman. Apalagi, ingin dibunuh. Itu hanyalah asumsimu saja. Coba pikirkan. Kenapa pria ini mengincar wanita sepertimu?” kata Polisi seperti merendahkan Joo Eun.
“Tolong dengar….Sebagai polisi, bukannya anda juga harus mendengarkan penjelasan korban?” tegas Joo Eun
“Em… aku tahu kau pasti sangat shock. Tapi, proses hukum bukanlah hal yang sederhana.” kata Polisi disebelahnya.
Joo Eun merasa polisi menganggap korban sebagai “hal yang sederhana”, Polisi menyangkalnya dengan meminta supaya Joo Eun lebih menenangkan pikiranya, saat akan menjelaskan kembali terdengar suara Young Ho yang bertanya “Apa kau bahagia?”

Polisi dan si pelaku terlihat binggung, Young Ho menunjuk tulisan yang ada didinding, mengaku hanya membaca kutipan yang di sana, tertulis Kota aman, itu artinya kebahagiaan warga perempuan.”  Polisi lalu bertanya apakah Young Ho walinya, Young Ho pikir lebih baik dianggap seperti itu karena selalu  saja terjebak dalam masalah Joo Eun.
Joo Eun menatap Young Ho dengan wajah binggung. Young Ho menatap si pria yang mungkin tak mengingatnya lalu menegaskan bahwa ia mengingatnya. Pria itu langsung tertunduk. Joo Eun menatap si pria yang benar-benar tak dikenalnya.
Flash Back
Si pria mengejar Joo Eun saat hujan turun dan baru melihat Woo Shik yang berselingkuh dengan seorang pria dan Young Ho yang sengaja datang melihat si pria dan membuatnya pergi. Ketika akan pulang, Young Ho berpapasan dengan si pria yang membawa pot bunga ke arah rumah Joo Eun, yang membuat Young Ho memutar balik mobilnya. 

Polisi menjelaskan bahwa yang terluka adalah pria itu, maka apabila pria itu menyewa pengacara, maka Joo Eun bisa dituntut atas penyerangan itu dan bahkan bisa dipenjara, jadi menurutnya ini yang disebut hukum. Joo Eun berkomentar semua ini adalah lucu.
“Sebenarnya yang kalian lakukan, adalah menenangkan korban, Tapi, kalian langsung menyimpulkannya sebagai kesalahpahaman saja. Seharusnya kalian berkata “Kau baik-baik saja?, Aku mengerti, Hukum mungkin agak merepotkan, tapi kami akan menyelidikinya.” Jadi, tolong lain kali, katakan hal itu pada korban yang lainnya. Selamat bekerja.” kata Joo Eun lalu pergi meninggalkan kantor polisi 

Young Ho memanggil Joo Eun yang berjalan keluar lebih dulu dari kantor polisi, Joo Eun menarik nafas panjang dengan senyuman mengucapkan terimakasih banyak. dan bersyukurlah Young Ho mengingat wajah orang itu, lalu pamit ingin pulang. Young Ho menarik tangan Joo Eun menanyakan apa sebenarnya yang dilakukannya tadi.
“Kenapa kau tak memberitahu mereka bahwa kau adalah pengacara? Apa karena aku, jadi Hanya segitu pembelaanmu?” ucap Young Ho
“Oh, ya. Apa kau terluka?” tanya Joo Eun khawatir lalu melihat wajah Young Ho mengucap syukur karena berpikir tak ada yang terluka.
“Kenapa kau mau menjadi pengacara? Melindungi diri sendiri saja tidak bisa.” sindir Young Ho
Joo Eun membenarkan, Young Ho pikir Joo Eun ingin agar ia yang memberikan pelajaran pada pria itu. Joo Eun melirik, Young Ho ingin kembali masuk agar bisa membelanya. Joo Eun menahan Young Ho untuk masuk kembali.
“Aku tak mau cari masalah hanya untuk bisa menghukum penguntit itu. Bahkan jika memang terbukti, dia hanya akan dipenjara 24 jam Atau denda 100.000 won? Dan bahkan korban tak akan mendapatkan dana kompensasinya. Karena aku adalah pengacaralah, jadi aku sadar situasi macam apa ini.” jelas Joo Eun

“Hukum memang lucu.” keluh Young Ho menghela nafas.
“Meskipun bagi satu pihak, ini adalah hidup dan mati, tapi bagi pihak lain, ini hanyalah masalah sepele Karena itulah hukum.” jelas Joo Eun
Lalu menatap Young Ho berpikir kalau di kehidupanya dulu dirinya itu sering menolongnya dan sekarang menyelamatkan lagi, lalu berjanji akan mengambalikan jaketnya esok. Young Ho bertanya mau kemana Joo Eun sekarang. Joo Eun memberitahu rumahnya ada didekat sini, jadi meminta Young Ho tak perlu khawatir dan bisa langsung pulang. Young Ho menarik Joo Eun kembali.
“Dalam kehidupan masa laluku… Jika aku memang berutang, aku pasti akan membalasnya.” tegas Young Ho lalu menariknya pergi.
Joo Eun binggung karena Young Ho mendorongnya masuk ke dalam mobil, lalu keluar dari kantor polisi. Woo Shik ternyata markir mobilnya ditempat yang sama melihat Joo Eun yang meninggalkan kantor polisi dengan mobil Young Ho. Di dalam rumah, Soo Jin duduk sendirian seperti menunggu seseorang yang tak datang, lalu mematikan lilin yang menyala. Akhirnya meminum sendirian wine di meja makannya. 

Joo Eun menelp Hyun Woo yang terdengar suara kepanikan, Hyun Woo menceritakan wajah nenek Min Joon memar lagi, dan mengaku hanya terjatuh tapi menurutnya neneknya itu berbohong, karena pasti mengalami KDRT. Joo Eun kaget mengetahui nenek temanya mengalami hal yang sama lagi.
Hyun Woo melihat Min Joo memegang pipi neneknya yang memar, meminta untuk tak mengangguknya. Joo Eun mengatakan akan segera datang kerumahnya, lalu memberitahu Young Ho kalau temanya sudah menunggu dirumahnya.
Joo Eun menunjukan arah rumah temanya yang sudah dekat, Young Ho tanpa banyak berkata-kata menyetir mobilnya. Joo Eun merasa hanya  ucapan terima kasih saja tak cukup untuknya. Young Ho hanya melirik lalu Joo Eun menunjuk rumah temanya yang ada dibelakang gedung.

Akhirnya Young Ho menurunkan Joo Eun dipinggir jalan, setelah Young Ho pergi Joo Eun pergi ke sebuah motel untuk menginap satu malam saja. Si pemilik memberitahu kalau mereka memang hanya menyewakan satu malam saja dengan tarif 50rb won/malam.
Joo Eun bertanya apakah mereka menerima pembayaran secara transfer, si bibi malah terlihat senang dengan hal itu, lalu bertanya apakah ia datang sendirian. Joo Eun mengangguk, tiba-tiba datang ditarik dan Young Ho sudah ada didepanya, Young Ho menyindir “rumah temanya” sangat luas dan punya banyak kamar. Joo Eun hanya bisa menghela nafas karena kebohongan sudah ketahuan.

“Seorang wanita tak seharusnya datang ke tempat seperti ini sendirian, tanpa seorang laki-laki.” tegas Young Ho lalu menariknya keluar. 
Didepan motel
Joo Eun melepaskan tangan Young Ho, sambil meminta agar tak perlu memperdulikanya,  menurutnya walaupun Young Ho sudah melihat semuanya, tapi tetap saja membuatnya malu melihat keadaanya seperti ini. Young Ho hanya bisa menarik nafas panjangnya.
“Aku tahu, kau tak suka melihat orang berada dalam kesusahan, dan lebih-lebih lagi pada orang yang berada dalam bahaya. Aku tahu, kau orang yang tak sekejam wajahmu itu dan kau tak akan bisa tidur jika kau membiarkan wanita sendirian di jalanan, tapi…” ucap Joo Eun, Young bertanya tapi apa yang ingin dilakukan.
“Aku tak mau pulang, karen Aku takut dan juga tak tahu harus ke mana. Kau pikir aku mau datang ke sini jika aku bisa ke rumah temanku?” akui Joo Eun

Young Ho langsung mengajaknya pergi ke dunia luar angkasanya, Joo Eun melotot kaget mengingat sebelumnya, Young Ho mengajak ke dunia luar angkasanya itu kamar hotel dengan tipe suite-room. Young Ho merasa esok paginya pasti akan menyesali keputusanya ini.
Joo Eun menanyakan apakah Young Ho akan mengajaknya pergi ke Suite room di hotel, Young Ho sempat melonggo Joo Eun berpikir akan kesana, tapi apabil mengingingkan maka mereka bisa pergi kesana. Joo Eun menyangkal pikiran dan ingin tahu dimana sebenarnya “dunia luar angkasa” itu.
“Tidur di bawah atap yang sama dengan pria sepertiku.” bisik Young Ho, Joo Eun makin kaget.
“Karena dalam situasi seperti ini, pilihan “erotis” inilah yang teraman. Dan,  komentar mu hanya “Apa”?” Ejek Young Ho lalu masuk mobilnya.
“Astaga! Dia memang tak akan memberikanku kesempatan untuk berterima kasih.” keluh Joo Eun  melirik Young Ho sudah masuk ke dalam mobil. 
Young Ho memberikan selimut dan bantalnya, karena tak ada tamu yang datang jadi meminta Joo Eun mengunakan selimut dan seprainya sementara. Joo Eun pun menanyakan bagaimana dengan Young Ho nanti.
“Kau pikir aku akan memberikan selimut yang sedang aku pakai sekarang? Tidurlah. Biar aku yang jelaskan pada yang lain besok.” kata Young Ho
“Um… sepertinya, sudah saatnya aku mengucapkan terima…” kata Joo Eun sambil membungkuk dan langsung disela oleh Young Ho
“Kata “Terima kasih. Maafkan aku. Memalukan sekali.” Dan sebagainya. Itu semua kalimat favoritmu, ‘kan? Aku sudah tahu. Jadi, tak usah beritahu lagi.” ucap Young Ho
Joo Eun merasa tetap saja harus mengucapkan terimakasih, Young Ho juga meminta untuk tak mengatakan “tolong aku” lagi karena malam ini sudah terlalu lelah jadi tak bisa menolongnya lagi, lalu keluar dari kamarnya. 

Joo Eun menjatuhkan badanya sambil mengulang ucapan Young Ho sebelumnya yang terdengar angkuh “Kau pikir aku akan memberikan selimut yang sedang aku pakai sekarang?” menurutnya itu bisa saja seperti itu.
Young Ho kembali ke kamarnya, semua selimut, bantal dan seprai sudah tak ada disana karena diberikan pada Joo Eun, dengan gelengan kepalanya tersenyum sendiri karena bisa melakukan itu. Lalu teringat dengan kaki kanannya, terlihat bekas luka jahitan di bagian lututnya.
Sebelumnya saat menaiki tangga rumah Joo Eun, lulutnya terasa sakit dan memaksakan agar tetap bisa melangkah naiki tangga dan sempat berkelahi dengan pria penguntit dengan menahan rasa sakit dilututnya. Dengan mengunakan alatnya, ia menahan rasa sakit dengan mengepalkan tangan dan menempelkan alat dibagian lututnya. 

Pagi hari
Joo Eun berteriak meminta tolong pada siapa saja yang mendengarnya, Young Ho dkk masuk ke kamar dengan wajah panik. Joo Eun menjerit kalau kakinya kram, Young Ho menahan keduanya berpikir Joo Eun itu  melakukan seperti itu karena malu keluar dari kamar. Joo Eun berteriak tak melakukan itu karena memang benar kakinya terasa kram.
“Kalau begitu, katakan “Kau memang keren, Pelatih.”” kata Young Ho kembali mengetesnya.
“Kau memang keren, Pelatih! Kaulah yang terbaik! Cepat!!! Bawakan aku kucing atau semacamnya!” ucap Joo Eun menjerit kesakitan
“Tangkap “tikus”nya” perintah Young Ho  (Homonim “Kram” dan “tikus”) Ji Woong dan Joon Sung langsung menekan telapak kakinya. Joo Eun menjerit kesakitan. 

Di meja makan.
Ji Woong tak menyangka ada pria seperti itu dan bersyukur karena Joo Eun sudah aman, tapi seharusnya mereka menangkap penguntit seperti itu dengan memberikan pukulan dan potongan dibagian leher. Joon Sung merasa Joo Eun itu pasti sangat shock dengan kejadian itu. Joo Eun mengakuinya.
“Dia pasti akan tamat jika bukan karena aku.” kata Young Ho bangga.
“Astaga… hentikan. Kenapa kau suka sekali memuji diri sendiri?” keluh Joo Eun lalu melihat menu makannya dada rebus yang tak menarik untuknya.
Joon Sung mengaku memang cara diet mereka memang ekstrim, Ji Woong memberikan satu potong steak. Joo Eun meminta garama pada Ji Woong, Young Ho meyindir mereka itu bukan warung pinggir jalan, lalu memberikan sebungkus obat yang harus diminumnya. Joo Eun binggung Young Ho  bisa tahu.
“Kau menganggap dirimu teliti tapi kenyataannya tidak, jadi…” ejek Young Ho, Joo Eun mengucapkan terimakasih, makan obat dan mengambil sepotong steak.
“Makan Sup pasti enak sekarang.” kata Joo Eun kesal
Young Ho memberikan segelas air. Joo Eu memberitahu kalau makanan yang panas dan pedas serta berwarna. Young Ho memasukan tablet vitamin agar berwarna, menyuruhnya untuk minum karena sudah berwarna. Joo Eun pun meminumnya agar Pelatihnya itu puas. 

Ji Woong tiba-tiba berteriak “fantastic” karena melihat foto yang ada di ponsel Joo Eun. Joon Sung melihat kalau itu pasti foto artis, Young Ho melihat foto Joo Eun saat masih SMA, merasa pernah melihat orang itu. Joo Eun mengeluh mereka itu semuanya pura-pura bodoh.
Young Ho mengenalnya kalau wanita di ponsel Joo Eun adalah artis jaman dulu, kelahiran Cina yang bernama Seok. Ji Woong mencari dalam ponselnya dan artis itu bernama Shu Ji. Joo Eun kesal karena semua tak percaya bahwa itu foto dirinya, Seorang pengacara yang sangat cerdas dengan senyumn yang cantik dan julukanya adalah Venus Daegu.
Akhirnya Young Ho menaruh disamping wajah Joo Eun mengaku memang mirip tapi meminta buktinya. Joo Eun menyakinkan bahwa itu dirinya jadi tak perlu bukti lagi dan menyuruh mereka menunggu sampai nanti kurus kembali karena pasti akan jatuh cinta padanya. Young Ho menyuruh semua kembali makan dan tak percaya dengan Joo Eun itu secantik yang ada di ponsel. 

Joo Eun dan asistenya menjadi tertawaan untuk pengacara lainnya saat didalam lift karena mengunakan pakaian yang sama. Hyun Jung heran melihat semua orang tertawa. Joo Eun meminta Hyun Jung tak perlu menghiraukanya dan mengucapkan terimakasih karena sudah meminjamkan baju padanya lalu mengajaknya masuk kantor dengan wajah tertunduk.
Young Ho didalam mobil tersenyum sendiri mengingat perkataan Joo Eun yang bangga memberitahu julukanya adalah “Venus Daegu” yang artinya semua orang yang ada di Daegu itu pasti sangat menyukainya. Young Ho malah menduga Joo Eun itu terkena penyakit mythomania.
Lalu membandingkan foto di ponsel dengan Joo Eun sekarang, dengan yakin kalau dirinya kurus akan jatuh cinta denganya. Young Ho mengaku sudah tak sabar menunggunya, lalu memegang lututnya yang sakit dan akhirnya menelp Kepala Min yang langsung diangkatnya.
Young Ho sempat kaget berpikir Kepala Min itu sedang menunggu telpnya, Kepala Min memberitahu akan segera datang dan bertanya apakah terjadi sesuatu. Young Ho memberitahu akan pergi ke Daegu dan membutuhkan wali. Kepala Min panik menduga terjadi sesuatu pada kaki Young Ho dan menanyakan keberadaanya sekarang. Young Ho merasa harus memastikan apakah ada yang salah atau tidak pada kakinya. Kepala Min mencoba untuk tak terkejut, akan segara memberitahunya apabila sudah membuat janji dengan dokter. 

Hyun Hoo memberitahu toko temanya itu masih kosong,  jadi menyuruh Joo Eun menjual saja rumahnya dan meminta pemilih tanah agar mengatasi masalahnya dengan cepat. Joo Eun mengatakan sudah memberitahunya lalu memberikan pesanan barang Hyun Woo saat pergi ke Amerika kemarin.
“Kenapa kau menghindarinya? Ajak ibu untuk tinggal bersamamu.” usul adiknya Jae Hyuk
“Dia pasti bangga jika ada yang menguntit anaknya ini.” kata Joo Eun
“Yah.. mungkin saja penguntit itulah yang akan diuntit oleh ibu.” komentar Jae Hyun
Hyun Hoo mengusulkan agar Joo Eun menelp ibunya sekarang dan teka perlu menghindar, Joo Eun mengaku tak menghindarinya tapi merasa khawatir apabila sang ibu tinggal didekat rumahnya dan mungkin tak akan bisa tidur. Hyun Hoo akhirnya menyuruh Jae Hyuk untuk memindahkan barang kakaknya ke rumahnya.
Joo Eun menolak karena dirumahnya hanya ada dua kamar dan itu untuk nenek dan anaknya, jadi meminta temanya pulang saja karena akan mencari cara lainya. Hyun Hoo tetap khawatir tapi Joo Eun meminta untuk tetap tenang, Hyun Hoo pun mengucapkan terimakasih atas oleh-olehnya lalu berpesan pada Jae Hyun agar tak menikah sebelum menyesal dan jangan membuat kakaknya stress. Joo Eun meminta temanya untuk cepat pulang saja. 

Joo Eun memberikan buku tabungan dan juga cap pada adiknya, Jae Hyun terlihat binggung. Joo Eun pikir adiknya itu ingin memberikan minuman dingin untuk para tamu nanti dan bagaimana nanti nasib keponakanya. Jae Hyun terlihat tak enak hati, Joo Eun menyuruh adiknya untuk membeli sebuah toko karena perlu menghidupi keluarganya nanti.
“Akan kukirimkan lagi nanti jika rumahku sudah terjual.” ucap Joo Eun,
“Maaf…Tapi, aku pasti akan membayarmu 2x lipat nantinya!” kata Jae Hyun dengan menahan air mata harunya.
“Pekerjaanku memang tak menghasilkan banyak uang. Mungkin jumlah ini masih sangat kurang. Jadi, berhematlah!” tegas Joo Eun
“Kami sudah memutuskan tanggalnya dan Aku juga akan mencari lokasi toko yang strategis. Tentang, Woo Shik…” kata Jae Hyun langsung dipotong oleh kakaknya. Joo Eun meminta tak membahasnya karena mereka sudah putus dan menyuruh adiknya untuk pulang saja. Jae Hyuk mengucapkan terimakasih 

Woo Shik mengendarai mobilnya dengan wajah seperti banyak pikiran.
Flash Back
Woo Shik melihat pria penguntit yang baru keluar dari kantor polisi, lalu salah seorang polisi mengenal Woo Shik sebagai atlet nasional. Setelah itu melihat rekaman CCTV atas permintaan dari wali Kang Joo Eun, terlihat pria pengutit mengejar Joo Eun dan Young Ho yang menyelamatkanya.
“Tapi, apa hubungann anda dengan mereka?” tanya polisi
“Dia adalah wanita kenalanku dan Kami sudah berteman lama.” akui Woo Shik
Woo Shik menarik si pria pengutit saat akan menaiki tangga rumah Joo Eun dan memukulnyad dengan mengancam akan membunuhnya apabila mendekati Joo Eun lagi. Pria penguntit itu merasa Woo Shik sudah tak punya hak karena sudah putus dengan Joo Eun. Akhirnya Woo Shik berjongkok sambil mencengkramnya.
“Sepertinya, banyak yang kau tahu, jadi kau pasti tahu apa hakku? Jangan menganggu Kang Joo Eun. Ini bukan peringatan. Tapi, perintah.” tegas Woo Shik lalu melepaskan cengkramanya 

Soo Jin membaca pesan dari Woo Shik “Maaf. Kita ketemu besok saja. Aku ada rapat penting sekarang.” lalu meminta sekertarisnya agar Joo Eun datang keruanganya. Setelah itu melihat pipinya dalam kaca kecil, seperti takut terlihat gemuk kembali.
Flash Back
Di sebuah restoran, Soo Jin bertanya alasan Joo Eun meminta agar berdandan hari ini. Joo Eun tahu Soo Ji itu sudah lulus ujian dan masuk semester akhir jadi ingin memberikan hadiah ucapan selamat. Woo Shik datang menyapa Soo Jin juga yang gemuk, Joo Eun melihat Woo Shik tumben datang lebih cepat dari biasanya.
Woo Shik pikir Joo Eun itu sudah tahu alasan apa, lalu memberikan hadiah pada pacarnya, Joo Eun menanyakan hadiah untuk temanya. Woo Shik memberikan sekotak coklat dari jerman untuk Soo Jin dengan mengucapkan selamat atas kelulusan dan berharap Joo Eun juga yang baru masuk kuliah bisa lulus.
Joo Eun menegaskan akan segara lulus lalu memberitahu Soo Jin itu tak suka dengan coklat. Soo Jin menyangkalnya, berjanji akan memakanya. Joo Eun yang dibelikan baju mengeluh karena terlalu tertutup. Woo Shik marah, karena pacarnya itu akan menunjukan tubuhnya itu pada siapa. Joo Eun tiba-tiba bersemangat karena melihat ada yang datang. 

Joo Eun memberitahu Soo Jin bahwa pria berkacamata itu adalah mahasiswa terpintar di jurusan teknik dan juga orang yang baik. Soo Jin terlihat binggung, Joo Eun langsung memperkenalkan dan membiarkan mereka menikmati waktu berdua dan pergi dengan Woo Shik. Si Pria langsung tertunduk lesu saat duduk.
“Beritahu Joo Eun bahwa aku sudah mengerti.” ucap si pria berkacamata, Soo Jin terlihat binggung.
“Ini pasti tindakan dari penolakan halusnya. Situasi kita yang sekarang ini…” kata si pria, Soo Jin masih tak mengerti.
“Aku tahu, dia juga melakukan ini pasti kasihan padamu. Tapi, kenapa dia juga harus kasihan padaku seperti ini? Dan pakaianmu itu? Apa Kau mau pergi ke pemakaman, ya?” ejek Si pria
Soo Jin bertanya apakah Joo Eun yang mengatakannya bahwa kasihan padanya. Si pria merasa sudah jelas dan menurutnya orang seperti Soo Jin itu harusnya  punya kesadaran diri untuk tinggal dirumah dan tak usah keluar. Soo Jin menangis, tak percaya Joo Eun bisa setega itu padanya. 

Joo Eun menegaskan bahwa dirinya menolak karena semua adalah keputusan yang Presedir Ko dan ia menyetujuinya sejak awal, jadi merasa tak masalah harus kerja lembur dan ditugaskan di mana saja, Tapi ia  tak akan pernah mengambil kasus pemerkosaan atau semacamnya dan menolak untuk mengunjungi daftar dari perusahaan itu, serta mempermainkan faktanya.
“Syukurlah kalau begitu. Karena ini bukanlah perusahaan Presdir, tapi perusahaan anaknya.” kata Soo Jin bersikap lembut
“Ini sama saja doktrin karyawan. Jadi begitu menurutmu? Dengan alasan ini, aku menolak tugas ini.” tegas Joo Eun
“Myungeun Electric dan Guntu memiliki hubungan yang baik. Bukannya kau sudah menghadapi kasus yang serupa dulunya?” kata Soo Jin

Joo Eun mencoba menjelaskan kalau dirinya tetap menolak. Soo Jin mengingatkan bahwa ia adalah atasanya dan perintahnya sudah jelas, jadi sekarang menjadi tanggung jawabnya. Joo Eun menatap seniornya dengan tatapan sinis.
“Kau harus segera menyelesaikannya Dan kau bisa dianggap lalai bertugas. Kau tak mau seperti itu, ‘kan? Apa hanya karena kau tak mengambilnya, kau adalah pengacara yang bersih? Presedir mengatakan ini… “Gapai impianmu dengan uang yang kau dapatkan.” Sudah tak ada yang perlu kukatakan lagi. Kembalilah.” ucap Soo Jin angkuh, Joo Eun menarik nafasnya lalu keluar ruangan.
Soo Jin bersandar dikursi lalu membuka lacinya terlihat ada jejeran coklat dan langsung memakannya untuk menenangkan diri. 

Joo Eun yang kesal ini memasukan banyak gula blok keduanya lalu terdengar suara Young Ho yang menghentikanya.
“Tunggu. Jika kau memakan semua gula itu, tubuhmu akan hancur. Kita semua tahu itu.”
Joo Eun menoleh kekanan dan kiri mencari asal suara Young Ho yang didengarnya, lalu menduga suara itu terdengar ditelinganya saja. Sambil memegang kepalanya berpikir karena stres jadi bisa mendengar suara Young Ho, setelah itu memegang lehernya dan mencoba  mendapatkan udara yang segar dari tanaman yang diberikan Ji Woong. 

Joon Sung mulai bertanding fighting dengan memberikan tendangan dan membanting lawan, penonton mulai berteriak menontonya begitu juga Ji Woong. Disisi lain, pria berkepala botak berkomentar dengan kemampuan yang dimiliki Joon Sung, sudah pasti akan juara.
“Lagipula, pertandingan kali ini tidak terlalu berat. Jika kali ini dia memang, dia bisa masuk perlombaan Grand Slam.” ucap si pria berkepala plontos
“Tapi, si bodoh itu suka bertanding di perlombaan kelas rendahan.” balas Young Ho
Si pria plontos itu binggung,  Young Ho menjelaskan karena Joon Sung tak mau menyisakan apapun itu dan ingin memenangkan perlombaan apapun itu. Pria itu berkomentar Joon Sung itu selalu menyulitkan dirinya sendiri. Di dalam ring, Joon Sung sudah memiting lawan dengan kakinya dan akhirnya pertandingan berhasil dimenangkannya. Young Ho pun tersenyum. 
bersambung ke part 2 

[vía korean-drama-addicted.blogspot]

Tinggalkan komentar